Sabtu, 25 April 2009

Kenapa Ilmu Pertanian Menjadi Pilihan Akhir Calon Mahasiswa?

Itu pertanyaan yang sangan menggelitik saya sejak dulu. Kenapa jurusan pertanian secara umum menjadi pilihan akhir bagi calon mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan tingginya? Padahal basic kebanyakan masyarakat kita adalah pertanian, mungkinkah orang tua mereka begitu takut anaknya tidak mendapatkan pekerjaan yang layak jika kuliah di bidang pertanian? Pertanyaan yang tiada akan ada habisnya, karena sudah menjadi sistem pemikiran yang sangat rumit untuk diluruskan kembali. Semua tidak lepas dari sitem pembangunan nasional khususnya di bidang pertanian yang sempat ditinggalkan karena kampanye jargon PEMBANGUNAN yang disalahartikan oleh konseptor pembangunan hanya di bidang fisik bangunan saja. Bukan pembangunan secara menyeluruh di segala bidang. Akibatnya? Jurusan teknik menjadi laris manis, bahkan orang tua calon mahasiswa rela mengeluarkan dana berapapun agar bisa memasukkan anaknya ke jurusan teknik yang dianggap favorit, padahal menurut hemat saya, jurusan favorit hanyalah karena sudut pandang masyarakat yang menganggap jurusan favorit pasti akan bekerja dengan gaji tinggi tanpa perlu kerja keras. Omong kosong itu semua..... Semua kerja pasti butuh kerja keras, sepintar apapun Habibie, tanpa kerja kerasnya untuk maju dia tak akan jadi seperti ini.
Mungkin juga karena orang tua calon mahasiswa yag kebanyakan petani tidak ingin anaknya susah seperti mereka, harus ke sawah tiap hari, panas dan hasilnya juga tak menentu, leboh enak kuliah terus kerja dapet gaji ga usah susah-susah ke sawah. Lebih enak kerja di kantor, gaji pasti. Tapi apapun alasannya, saya pikir kesalahan mendasar adalah kurangnya perhatian Pemerintah terhadap pengembangan sektor pertanian, aehingga dianggap sektor pertanian hanya pelengkap, bukan komoditas unggulan yang bisa dibanggakan, jadinya masyarakat pun jadi punya anggapan bahwa sektor pertanian hanya akan rugi. Tetapi bila terjadi seperti saat ini, ketika krisi dunia, diantaranya krisis pangan melanda sebagian besar negara di dunia, apa yang bisa kita lakukan? Kita patut bersyukur masih punya cadangan pangan yang cukup, jika tidak mau dikemanakan negara kita?
Kalo semua calon mahasiswa ingin kuliah di luar sektor pertanian, apa jadinya negara kita yang agraris ini? Sangat ambigu sekali, negara agraris tapi masih ekspor komoditas pertanian. Saya jadi ingat kata dosen saya : TAK ADA NEGARA MAJU YANG BASIS PERTANIANNYA TIDAK KUAT, KARENA KETERSEDIAAN PANGAN ADALAH MODAL UTAMA SUATU NEGARA UNTUK MAJU. JIKA RAKYAT TERCUKUPI KEBUTUHAN PANGAN, MAKA KEMAJUAN DI BIDANG LAIN TINGGAL MENUNGGU WAKTU SAJA.

Senin, 30 Maret 2009

Saya Belajar .......

SAYA BELAJAR, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain
mencintai saya, saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai

SAYA BELAJAR, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan
kami selalu memiliki waktu terbaik

SAYA BELAJAR, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh walau dipisahkan
oleh jarak yang jauh, beberapa di antaranya melahirkan cinta sejati

SAYA BELAJAR, bahwa sebaik-baiknya pasangan itu, mereka pasti pernah melukai
perasaan saya, dan untuk itu saya harus memaafkannya …..

SAYA BELAJAR, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya harus
bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan….

SAYA BELAJAR, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting
adalah siapa saya ini sebenarnya ….

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau
sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya …..

SAYA BELAJAR, bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat perpisahan
dengan orang yang saya cintai …..

SAYA BELAJAR, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan
hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya …..

SAYA BELAJAR, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat, justru adalah
orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta orang yang begitu
perhatian pada saya …..

SAYA BELAJAR, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang
saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya …..

SAYA BELAJAR, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri dan orang lain,
kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus…..

SAYA BELAJAR, bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari
sudut pandang yang berbeda …..

SAYA BELAJAR, bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini, semua
butuh proses pertumbuhan kecuali saya ingin sakit hati …..

SAYA BELAJAR, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya
harus benci dan berlaku bengis …..

SAYA BELAJAR, bahwa orang-orang yang
saya kasihi justru sering diambil segera dari kehidupan saya ….

SAYA BELAJAR, bahwa untuk membuat blog yang bak itu juga perlu proses
saya mohon bimbingan teman-teman semua...terimakasih...

Jumat, 27 Maret 2009

Teknologi Peternakan

Ini ada bahan dari pelatihan yang saya dapatkan, bisa dilihat ya

teknologi & Alsin1.doc

Ilmu Pakan Ternak Dasar

Buat temen-temen yang butuh tentang serba serbi ilmu pakan ternak dasar, berikut ini bisa kamu download sebagai bahan bacaan ya

ILMU PAKAN TERNAK.doc

Sebuah Pemikiran.....Majunya Pertanian (Peternakan) Indonesia

Kebutuhan pangan masyarakat indonesia terpenuhi, swasembada beras, sembako murah, kesehatan murah, pendidikan terjangkau, lapangan kerja yang luas, penduduk Indonesia pinter-pinter.....sebuah impian tiap insan di negeriku Indonesia. Wah, betapa indahnya Indonesia ini jika semua masyarakatnya makmur sentosa di negeri yang kaya ini, tapi kenapa justru kita seperti tamu di negeri sendiri? Dimanakah rasa keadilan bagi rakyat???

Saya tidak akan membahas hal tersebut, karena sungguh menyakitkan. Saya terjun langsung ke masyarakat petani di desa terutama di wilayah Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Sebagian besar petani masih hidup d bawah garis kemiskinan, sungguh ironis..... Seharusnya petani lah yang menangguk manisnya hidup di negeri yang konon agraris ini, tapi mengapa yang terjadi malah sebaliknya???? Jadi apa salah ketika para petani tak mau lagi menggarap sawah mereka dan beralih pindah ke kota dan menjadi buruh bangunan? Mereka tak sepenuhnya salah, karena mereka merasakan sendiri betapa beratnya mempertahankan hidup di desa ketika harga pupuk mahal, tenaga kerja mahal tetapi harga gabah sangat murah. Wah...wah....kalo keadaan begitu terus siapapun juga tak ada yang mau jadi petani, wong rugi terus. Mending pindah ke kota, kerja dapet gaji tinggal beli deh....

Jika keadaan seperti ini terus terjadi, siapa yang akan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat? Apa bisa negara kita terus mengandalkan impor dari negara lain? Jika kita sudah sangat bergantung masalah pangan dengan negara lain, bagaimana nasib kita di masa akan datang? Ironis sekali...... Belum lagi kecukupan protein, lebih berat lagi. Karena tak dapat dipungkiri, kecukupan protein masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Hal ini juga bisa mengindikasikan bahwa tingkat intelektualitas sebagian besar masyarakat masih sangat kurang. Gimana mau maju???

Pemerintah Republik Indonesia hanya mengalokasikan tak lebih dari 5% dari APBN untuk sektor pertanian (termasuk sub sektor peternakan didalamnya). Lagi-lagi ini membuat saya bingung, dimana sebenarnya pondasi dan arah pembangunan Indonesia? Sudah jelas sebagian besar masyarakat Indonesia hidup dari sektor pertanian, tapi kenapa alokasi dana untuk sektor ini cuma kurang dari 5%? Kalo memang diarahkan untuk pembangunan, it's ok...bisa diterima, tetapai buktinya apa? hanya segelintir masyarakat yang menikmati hasil pembangunan. Hanya kota-kota besar yang menikmatinya. Masyarakat petani? hanya bisa melihat di televisi aja tuh... Memang sudah seharusnya, Pemerintah lebih memperhatikan petani. Salah satu bentuknya ya memperbanyak alokasi dana untuk sektor pertanian dunk....Masyarakat itu ga butuh BLT (hehe sok tau) BLT itu ga produktif, mereka butuh kail yang bisa menjamin kehidupan mereka untuk seterusnya, bukan hanya sesaat aja kayak BLT itu....
Saya sangat yakin, petani tidak menuntut banyak. Mereka hanya butuh infrastruktur pertanian murah dan sistem pemasaran hasil panen yang jelas, udah cukup. Tak hanya jadi sapi perahan para tengkulak.

Mari kita memikirkan bersama, apa yang seharusnya kita lakukan....
Mari bersama-sama kita bertindak....saat ini juga....